e-Newsletter Pendidikan
Back
SEP
24
Sujiwo Tejo : "Math: Finding Harmony in Chaos"
By:
Z Kamin
on
SEP
24
“Matematika selalu dikesankan [sebagai] ilmu kepastian. Itu bulshit, itu orang yang gak ngerti. Aku malu kalau ada temanku, teman dekatkku, ngomong kayak gitu. Matematika itu ketidakpastian tapi tentang kesepakatan. 1 + 1 = 2, siapa bilang pasti? Itu kalau bicara dalam konsep persepuluhan tapi dalam konteks bilangan biner 1 + 1 tidak sama dengan dua.” Sudjiwo Tedjo mengungkapkan bahwa matematika, yang penting adalah kesepakatan (seperti yang sempat dibahas di bagian sebelumnya). Kesepakatan ini memang tergantung konteks, semesta apa yang sedang kita bicarakan?
Read more >>
SEP
02
Angela Lee Duckworth: Kunci keberhasilan ? Tekad
By:
Z Kamin
on
SEP
02
Meninggalkan pekerjaan prestisius di bidang konsultasi, Angela Lee Duckworth mengajar matematika untuk siswa-siswa Grade 7 (SMP kelas 1) di sekolah negeri di New York. Dia segera menyadari bahwa IQ bukanlah satu-satunya hal yang membedakan siswa yang sukses dan yang kurang. Di sini, ia menjelaskan teorinya tentang "grit" (tekad) sebagai prediktor keberhasilan. Silahkan ikuti tayangan video berikut : Tentang Angela Lee Duckworth [Klik Disini]
Read more >>
AUG
29
Hebat... Pelajar Indonesia Paling Diincar Perusahaan Jepang!
By:
Z Kamin
on
AUG
29
M Latief/KOMPAS.com : Berdasarkan data Career Office APU tahun 2013, job placement rate untuk anak-anak Indonesia pada 2012 lalu mencapai angka 100 persen, sementara pada 2012 lalu turun sedikit, hanya 96,7 persen. BEPPU, KOMPAS.com - Kantor karir (career office) Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), Beppu, Jepang, menempatkan para pelajar Indonesia sebagai pelajar paling diincar perusahaan-perusahaan multinasional Jepang. Kemampuan bahasa Jepang dan Inggris para pelajar Indonesia dinilai sangat baik, sebaik kemampuan studi di bidangnya masing-masing. Demikian dipaparkan Masako Posselius, Manager Career Office Ritsumeikan APU, di kantornya di Kampus APU, Kamis (19/6/2014). Masako, yang juga menjabat Global Career Development Facilitator (Japan), bahkan menegaskan bahwa lulusan Indonesia banyak dicari karena dianggap sangat kreatif, selain punya passion dan kemampuan bahasa lebih baik dibandingkan pelajar asal Asia Tenggara lainnya. "Terutama untuk bahasa Jep
Read more >>
JUN
04
MENGAPA POTRET NEGERI KITA JADINYA SEPERTI INI ?
By:
Z Kamin
on
JUN
04
Oleh : Ayah Edy Di jalan raya banyak motor dan mobil saling menyalip satu sama lain.Mengapa..?Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih cepat dan bukan menjadi lebih sabar, mereka dididik untuk menjadi yang terdepan dan bukan yang tersopan.Di jalanan pengendara motor lebih suka menambah kecepatannya saat ada orang yang ingin menyeberang jalan dan bukan malah mengurangi kecepatannya.Mengapa..?Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak kita setiap hari diburu dengan waktu, di bentak untuk bergerak lebih cepat dan gesit dan bukan d
Read more >>
MAY
23
Jebakan Istilah Lulus
By:
Z Kamin
on
MAY
23
Oleh : Asep Sapa’at (Pemerhati Karakter Guru di Character Building Indonesia) Cermati ekspresi siswa Indonesia ketika dinyatakan lulus, hampir tak pernah seragam. Hal yang amat kontras dengan sistem evaluasi Ujian Nasional (UN) yang wajib di-SERAGAM-kan. Ada siswa yang bersujud syukur karena lulus. Meski dilarang, aksi corat-coret seragam masih jua terjadi. Yang terkini, joged bersama di jalanan. Yuk ‘joged lulus’, goyang. Tepok jidat deh. Kata lulus jelas punya makna, tersurat maupun tersirat. Makna itu bisa dipahami karena usaha berpikir seseorang. Has
Read more >>
MAY
16
Sejarah : Bab Yang Hilang - Soekarno vs Hatta
By:
Z Kamin
on
MAY
16
Sepenggal kisah sejarah di Bab yang Hilang. Sumber : KompasTVNews-Youtube Channel (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Read more >>
MAY
14
Menghapus Masa Remaja
By:
Z Kamin
on
MAY
14
"Pembahasan pentingnya melahirkan generasi Aqil Baligh di group MLC (digagas ust @adriano rusfi), yaiu generasi mandiri dan berakhlak di usia 14-15 tahun dan kenyataan bahwa kelas "Remaja" sebenarnya tidak pernah ada dalam sejarah manusia sampai abad ke 19 kecuali rekayasa sosial untuk memperpanjang masa anak2 dengan tujuan membatasi jumlah usia yang cepat produktif dan memperbesar kelas konsumtif demi alasan ekonomi dstnya, Ternyata menjadi kekhawatiran bersama di Amerika. Kerusakan generasi muda sangat sering diakibatkan pembatasan mereka menuju kedewasaan dalam arti anak2 yang berusia di atas 12-13 tahun terus saja dianggap sebagai anak2 bahkan cenderung diperpanjang sampai usia 26 tahun. Jika kita terus meniru sistem persekolahan Amerika dan budaya dunia umumnya yang dikendalikan oleh kepentingan politik dan ekonomi dengan merekayasa kelas remaja, maka kitapun menuju kehancuran yang sama. Simak diskusi bernas dari psikolog berikut" Psikolog
Read more >>
MAY
04
Pekerjaan Rumah
By:
Z Kamin
on
MAY
04
Oleh : Daniel Mohammad Rosyid. Penasihat Dewan Pendidikan Jawa Timur APA yang terlintas dalam pikiran Anda saat membaca judul artikel ini? Ada dua kemungkinan lintasan pikiran. Bagi yang lama bersekolah, pekerjaan rumah, biasa disingkat PR atau homework, adalah tugas dari guru di sekolah untuk dikerjakan di rumah, baik secara individu maupun berkelompok. Bagi yang tidak terlalu lama bersekolah, pekerjaan rumah langsung diartikan sebagai pekerjaan-pekerjaan yang lazim dilakukan ibu kita di rumah seperti memasak, mencuci pakaian, dan merapikan tempat tidur. Demikianlah pada suatu pagi hari libur istri saya minta anak kami yang sedang membaca sesuatu untuk mengambil tempat sampah dan mengumpulkan tumpukan dedaunan di halaman belakang untuk di buang ke tempat sampah di depan rumah. Dia menjawab, ''Aku sedang mengerjakan PR, Ma.'' Lalu, dia kembali melakukan hampir semua hal untuk menyelesaikan PR dari dosennya, kecuali yang diminta istri saya itu. Saya dan istri saya mulai b
Read more >>
MAY
03
Bertaruh Nyawa Menggapai Cita
By:
Z Kamin
on
MAY
03
POTRET ANAK-ANAK DI KAMPUNG LANGGAI Apakah pernah mendengar siswa yang mengeluh tentang cuaca panas, hujan, becek dan tidak ada ojek sehingga menjadikannya alasan untuk tidak pergi sekolah? Untuk satu ini belajarlah dari anak-anak di Kampung Langgai, Nagari Gantiang Mudiak Utara, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan. Jangankan becek, nyawa pun ia pertaruhkan demi dapat duduk di bangku sekolah untuk mendengarkan sang guru memberikan pelajaran. Anak-anak yang lahir di negara yang merdeka sejak 68 tahun lalu itu, bukannya bertaruh nyawa melawan penjahat, atau monster fedofil yang saat ini sedang populer. Tapi berjuang melintasi seutas tali baja yang menggantung di atas sungai.
ANTARA LONG LIFE EDUCATION DAN KURIKULUM 2013
By:
Z Kamin
on
MAY
03
Oleh : MUNHARI BERIEL Long life education, istilah bisa mempunyai arti pendidikan sepanjang hidup. Atau pendidikan seumur hidup. Istilah ini, sejalan dengan salah satu adegium masyhūr yang sering dikemukakan para ahli hikmah dalam Islam yakni utlubul alelma minal mahdi ilal ahdi : (tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat).konsep dasar inilah yang kemudian banyak dianut sebagai konsep pendidikan nasional, di beberapa Negara di dunia, Termasuk di Indonesia, sebagai upaya pemerintah untuk melaksanakan amanat UUD dasar 1945 yang termua
Read more >>
MAY
02
Betapa Pentingnya Pendidikan
By:
Z Kamin
on
MAY
02
TANGGAL 2 Mei seharusnya merupakan hari yang penting bagi bangsa Indonesia. Itulah Hari Pendidikan Nasional yang seharusnya dipakai untuk membangun kesadaran kita bersama akan pentingnya pendidikan. Tidak ada bangsa yang mampu mencapai kemajuan tanpa meletakkan pendidikan sebagai dasar utama pembangunannya. Pendidikan harus menjadi perhatian paling utama, karena tidak mungkin kita mencapai kemajuan apabila tidak mempersiapkan manusianya terlebih dahulu. Para pendiri bangsa ini sangat mengerti pentingnya pendidikan dari bangsa ini. Untuk itulah pendidikan ditempatkan di dal
Read more >>
MAY
02
Long Life Education (pendidikan seumur hidup)
By:
Z Kamin
on
MAY
02
Akhir-akhir ini banyak para ahli yang mulai menyebarkan paham Long life education atau dengan kata lain pendidikan sepanjang hayat. Seruan tentang pendidikan proses tanpa akhir yang diupayakan oleh siapapun, terutama (sebagai tanggung jawab) negara. Sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan kesadaran dan ilmu pengetahuan, pendidikan telah ada seiring dengan lahirnya peradaban manusia itu sendiri. Dalam hal inilah, letak pendidikan dalam masyarakat sebenarnya mengikuti perkembangan corak sejarah manusia itu sendiri. Tak heran jika R.S. Peters dalam bukunya The Philosophy of E
Read more >>
MAR
23
Sekolah Hancurkan Karakter Siswa, Mungkinkah?
By:
Z Kamin
on
MAR
23
Oleh : Asep Sapa’at Pemerhati Karakter Guru-Character Building Indonesia Dalam sebuah kajiannya, Mochtar Buchori (2006) menyatakan ada tiga tugas kehidupan yang harus dipersiapkan pendidikan untuk para peserta didik. Pertama, agar peserta didik bisa menghidupi diri sendiri. Kedua, agar peserta didik dapat mengembangkan kehidupan yang bermakna. Ketiga, ini yang jarang diungkap, untuk memuliakan kehidupan. Sekolah sebagai institusi penebar nilai kehidupan dalam ruang lingkup pendidikan formal, tentu punya amanah untuk mengantarkan peserta didik sukses dan hidup bermak
Read more >>
MAR
07
Mengenal Proses Pembuatan Soal-Soal UN
By:
Z Kamin
on
MAR
07
JAKARTA - Mungkin banyak pelajar atau bahkan masyarakat luas bertanya-tanya bagaimana proses pembuatan soal-soal Ujian Nasional (UN) sebagai syarat kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Ternyata, terdapat sejumlah proses yang harus dilewati hingga akhirnya menghasilkan soal-soal tersebut. Hal ini disampaikan Kabalitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Khairil Anwar. Dia menyatakan, setiap tahun kualitas dan kredibilitas UN untuk tiap jenjang pendidikan berusaha mereka tingkatkan.
Khairil mengungkapkan, tahapan pertama be
Read more >>
MAR
04
UKA, UKG, dan Sertifikasi Guru
By:
Z Kamin
on
MAR
04
(Diambil dari Buku "Terobosan Kemdikbud 2010-2013) Menyeimbangkan antara Kesejahteraan dan Kinerja Tenaga Pendidik Pencanangan “guru sebagai profesi” oleh Presiden Republik Indonesia pada 4 Desember 2004 makin memperkuat peran guru dalam pelaksanaan pendidikan. Lewat pencanangan itu, guru dituntut memiliki profesionalitas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai tenaga profesional, guru diharapkan dapat meningkatkan martabat dan perannya sebagai agen pembelajaran dan pada gilirannya dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Guru
By:
Z Kamin
on
MAR
01
Oleh: L Wilardjo DALAM pertemuan PGRI di UIN Syarif Hidayatullah baru-baru ini, terdengar keluhan bahwa pendidikan di Indonesia tidak sepadan dengan alokasi 20 persen dari APBN kita. Dalam pertemuan itu, Emil Salim menyatakan, untuk memperbaiki mutu pendidikan, kuncinya ada pada guru. Tentu diperlukan sarana dan prasarana seperti gedung sekolah, ruang kelas, laboratorium dengan alat dan bahan, perpustakaan dengan buku, dan CD E-books-nya. Di atas semua itu, yang lebih penting lagi ialah guru. Tentu bukan sembarang pengajar, melainkan guru yang baik. Itulah yang menur
Read more >>
JAN
20
Pendaftaran secara Daring Narasumber dan Instruktur Nasional Dibuka
By:
Z Kamin
on
JAN
20
Jakarta, Kemdikbud --- Pendaftaran narasumber dan instruktur nasional untuk implementasi kurikulum 2013 melalui media daring dibuka mulai hari ini, Senin (20/01/2014). Pendaftaran dapat dilakukan melalui laman Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan, Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK PMP) Kemdikbud, di http://bpsdmpk.kemdikbud.go.id/regkur2013/daftar.php Perekrutan instruktur nasional pada implementasi Kurikulum 2013 untuk Tahun Pelajaran 2014/2015 ini dibuka secara luas. Sebanyak lebih dari 33 ribu instruktur nasional dibutuhkan untuk melatih guru sasaran seluruh Indonesia. Adapun rincian kebutuhan instruktur nasional meliputi, SD 14.707 orang, SMP 10.107 orang, SMA 5.352 orang, dan SMK 2.940 orang. Pendaftaran dapat dilakukan melalui dinas pendidikan, LPMP setempat, dan secara daring. “Pendaftar yang sudah masuk datanya ke kita sebanyak 27 ribu orang,” demikian diungkapkan Kepala Badan Pengembangan Sumber
Read more >>
DEC
06
Ketika Pendidikan Indonesia Terdikte PISA
By:
Z Kamin
on
DEC
06
Oleh : Edi Subkhan Ketika hasil pemeringkatan dari Programme for International Student Assessment (PISA) dikeluarkan pada 3 Desember 2013, dan Indonesia berada di peringkat nomor 2 (dua) dari bawah, banyak pihak menyalahkan Pemerintah dengan menunjukkan bahwa inilah hasil dari pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Yakni pendidikan yang tidak mengasah dengan baik kemampuan nalar anak didik dalam matematika, membaca, dan sains, ketiga hal inilah yang diuji oleh PISA. PISA adalah tes yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada anak umur 15 (lima belas) tahun di lebih 60 (enam puluh) negara sejak tahun 1997. Hasil dari tes PISA digunakan sebagai bahan analisis dan rekomendasi pengambilan kebijakan tertentu, terutama dalam bidang pendidikan. Banyak pihak mengkritik mengenai bagaimana PISA mengambil data dan analisisnya. Hingga banyak pihak juga mengatakan: acuhkan saja pemeringkatan dari PISA, dan jangan jadikan
Read more >>
DEC
06
Moral manusia Indonesia
By:
Z Kamin
on
DEC
06
Oleh : SARLITO WIRAWAN SARWONO Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia TIADA bayi yang lahir sudah bermoral. Karena itu wajar kalau anak sampai umur tiga atau empat tahun berbuat suka-suka dia sendiri. Ia bisa bermain sama teman-teman seusianya sambil berlari-larian dan menjerit-jerit tanpa peduli ada mbahnya yang sakit, atau tetangga yang kebisingan. Baru sesudah orang tuanya marah, dia berhenti. Jadi dia berbuat baik (tidak mengganggu orang) karena takut dimarahi mamanya, takut kena hukuman. Atau bisa juga karena mamanya mengiming-imingi permen atau mainan. Jadi anak menurut karena mencari hadiah. Psikolog Lawrence Kohlberg (1927-1967) menyebut perilaku anak yang seperti itu sebagai tahap paling awal dari perkembangan moral, yang dinamakannya tahap “taat karena ganjaran (reward) atau hukuman (punishment).”Ketika anak itu lebih besar, sekitar enam sampai sepuluh tahun, dia tidak menunggu dimarahi atau diiming-imingi hadiah, melainkan sudah menil
Read more >>
NOV
11
Guru Belum Paham Konsep Pembelajaran Tematik
By:
Z Kamin
on
NOV
11
JAKARTA, KOMPAS - Hasil Sensus Implementasi Kurikulum 2013 terhadap 6.326 sekolah pelaksana Kurikulum 2013 pada tahun ini menunjukkan, sebagian besar guru masih ragu-ragu dalam melaksanakan kurikulum baru itu. Keraguan ini diduga muncul karena mereka belum memahami bentuk dan praktik model pembelajaran tematik. Sensus dilakukan pada pertengahan September oleh lembaga penjamin mutu pendidikan di setiap provinsi. Sensus bertujuan memberikan bahan masukan untuk evaluasi pelaksanaan kurikulum dan persiapan pelatihan serta pendampingan guru. Ketua Unit Kerja Menteri Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Agnes Tuti Rumiati mengatakan hal itu dalam diskusi pendidikan, Senin (11/11), di Jakarta. ”Sensus dilakukan satu bulan setelah Kurikulum 2013 dimulai,” ujarnya. Tuti mengatakan, hasil sensus, 80 persen responden yakin Kurikulum 2013 bagus dan merupakan proses pembelajaran yang memberikan kebeb
Read more >>
NOV
08
Pendidikan yang Apolitis
By:
Z Kamin
on
NOV
08
google_ad_client = "ca-pub-1451212635806474"; /* Konten Gambar */ google_ad_slot = "4476706564"; google_ad_width = 200; google_ad_height = 200; //--> google_ad_client = "ca-pub-1451212635806474"; /* iklan konten */ google_ad_slot = "9086347484"; google_ad_width = 200; google_ad_height = 200; //--> Oleh Reza A.A Wattimena Dosen Filsafat Politik di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya, sedang belajar di München, Jerman Ketika ditanya, apa hal yang perlu diperbaiki, supaya Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih baik, kebanyakan orang akan menjawab: pendidikan. Mereka berpikir, ketika semua orang Indonesia bisa mendapatkan pendidikan bermutu, maka kemampuan sumber daya manusia akan meningkat, dan ini akan bisa memperbaiki situasi Indonesia. Saya setuju dengan pendapat ini. Pertanyaan berikutnya adalah, pendidikan macam apa yang kita perlukan? Pendidikan Apolitis Jawaba
Read more >>
OCT
15
UN Pasca Konvensi
By:
Z Kamin
on
OCT
15
Oleh : Ibnu Hamad Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemdikbud Konvensi Ujian Nasional (UN) usai dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dari tanggal 26 sampai dengan 27 September 2013. Konvensi diikuti sekitar 300 peserta dari berbagai kalangan. Disamping perwakilan guru dan kepala sekolah jenjang pendidikan dasar dan menengah negeri dan swasta, hadir juga wakil-wakil dari lembaga swadaya masyarakat pendidikan dan masyarakat peduli pendidikan. Turut pula dalam konvensi ini para wakil dari dewan pendidikan, komite sekolah, dan asosiasi yang bergerak di bidang pendidikan. Perwakilan dinas pendidikan dan dinas agama baik di tingkat pusat, provinsi, serta kabupaten/kota juga mengikuti konvensi ini. Konvensi menyepakati bahwa UN tetap dilaksanakan, sebagai pelaksanaan satu dari dari 8 (delapan) standar pendidikan nasional, yaitu standar evaluasi. Para peserta juga sepakat bahwa penyelenggaraan UN harus kredibel, reliabel, d
Read more >>
OCT
15
Buku : Menelusuri Orchad Road - Menghitung Kehebatan Singapura
By:
Z Kamin
on
OCT
15
Read more >>
OCT
01
Tahun Depan UN Tetap Digelar
By:
Z Kamin
on
OCT
01
Jakarta-Konvensi Ujian Nasional (UN) yang diselenggarakan selama dua hari mulai Kamis (26/9) hingga Jumat (27/9) menghasilkan rumusan bahwa UN tahun depan tetap diselenggarakan. Adapun butir-butir hasil rumusan tersebut akan diakomodir ke dalam prosedur operasional standar (POS) UN. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan, Musliar Kasim menyampaikan, jika negara ini ingin maju harus ada ujian yang mengukur standar nasional itu sendiri. Menurut dia, perlu ada ujian yang mengukur kompetensi peserta didik di akhir masa belajar di satuan pendidikan. "Akhirnya kita sepakat untuk tetap tahun depan melaksanakan Ujian Nasional dengan komposisi (UN:Nilai Sekolah) 60:40," katanya pada penutupan Konvensi UN di Kemdikbud, Jakarta, Jumat. Musliar mengatakan, komposisi untuk menentukan nilai akhir ini masih sama dengan penyelenggaraan UN pada tahun ini. Pada tahun-tahun ke depan, kata dia, baik nilai ujian sekolah maupun nilai UN keduanya menentukan k
Read more >>
More Posts
Mobilize
your Site
View Site in Mobile
|
Classic
Share by: