MAR
28

Misteri Kematian: Maut Menjemput Dua Meter di Belakangku


Sabtu, 03 Oktober 2015
Labels: , ,
Advertisement
Penghuni 60 | Misteri Kematian: Maut Menjemput Dua Meter Di Belakangku

Apa yang aku tulis dalam postingan kali ini adalah sebuah kisah tragis nyata yang menimpa seseorang dalam jarak dua meter di belakangku.

02 Oktober 2015 pada Jum'at Pagi tidak akan pernah menyangka aku akan menyaksikan sebuah peristiwa yang mengerikan dengan mata kepalaku sendiri, tepat di hadapanku pula. Memang, hidup mati seseorang sudah ada yang mengatur. Kapan, dimana, sedang apa kita akan mati tak pernah ada yang tahu.

Baca Juga:

Mungkin kisah ini, akan menjadi sebuah renungan bukan hanya untuk diriku sendiri, InsyaAllah untuk Anda juga yang membacanya.

Ini kisahnya...

Misteri Kematian: Maut Menjemput Dua Meter Di Belakangku
Jalan Gotrok Arjawinangun. (Photo: Wawan/Penghuni 60)


Jum'at pagi, seperti biasa tepat pukul 07.00 WIB aku berangkat kerja dengan mengayuh sepeda bututku. Jarak dari tempat tinggalku menuju ke jalan raya, memang cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Maka dari itu aku memutuskan untuk mengendarai sepeda. Selain menyehatkan, naik sepeda di pagi hari itu asik loh... :)

Untuk sampai ke kantor, terpaksa aku harus menitipkan sepedaku ke tempat saudara di Desa tetangga. Lalu, ganti naik angkutan umum dengan arah tujuan ke Cirebon Kota. Sebelum mencapai rumah saudara, ada satu jalan raya yang harus aku seberangi, yaitu jalan raya pantura. Jalan raya yang selalu ramai dan dipadati dengan berbagai macam kendaraan berlalu-lalang.

Tak ada firasat apapun, setelah tengok kanan-kiri aku bergerak menyeberangi jalan raya sambil menuntun sepedaku. Sebenarnya jalur untuk menyeberang di tempat tersebut sudah diblokir dengan beton penghalang jalan. Padahal sebelumnya jalur itu merupakan jalur yang menghubungkan antara dua jalan gang, yaitu jalan menuju ke Desa Kebonturi dan Jalan Gotrok menuju ke Desa Arjawinangun yang saling berseberangan. Karena di tempat itu sangat rawan dengan kecelakaan, maka jalur tersebut pun ditutup. Sayangnya para pengguna jalan tetap memaksa menyeberang jalan melalui jalur itu meskipun harus naik turun trotoar pembatas jalan yang ada di tengah. Bagi pengendara motor tentu tidak bisa melakukan hal ini, hanya pejalan kaki, pesepeda dan becak saja yang seringkali nekad menerobos trotoar jalan. Daripada harus muter jalan yang begitu jauh.

Saat itu, posisiku sudah melewati trotoar tengah jalan yang memisahkan 2 jalur jalan raya dan sudah setengah jalan menyeberangi jalur jalan raya satunya lagi. Detik itulah tiba-tiba saja terdengar di telingaku suara yang cukup keras berasal dari belakangku.

"Gubraaakk!!!"

Dalam hati aku sudah berpikir pasti itu suara tabrakan. Tapi berhubung posisiku masih ditengah jalan raya maka aku putuskan bergegas untuk sampai ke tepi jalan seberang. Setelah sampai, aku langsung menengok ke arah suara itu, benar saja disitu aku melihat dengan mata kepalaku sendiri seorang bapak tua bersepeda terseret mobil kijang sejauh lima meter, setelah akhirnya mobil yang menabrak itu pun berhenti. Suara histeris orang-orang yang ada disekitar pun memecah suasana pagi itu. Anehnya, aku hanya diam terpaku, sambil mataku masih terus menatap ke seberang sana. Detak jantungku pun berdegup kencang. Aku tetap diam terpaku bersama sepedaku dan hanya menyaksikan hiruk pikuk orang-orang yang ramai mulai berdatangan mengevakuasi korban dan menahan si penabrak, serta mengamankan jalur lalu-lintas.

Misteri Kematian: Maut Menjemput Dua Meter Di Belakangku
Gambar diambil dari posisi aku melihat kejadian setelah menyeberang jalan. (Photo: Wawan/Penghuni 60)


Katanya, bapak tua itu meninggal di tempat kejadian. Dan si penabrak sudah bisa diamankan oleh polisi yang datang beberapa menit kemudian setelah aku menitipkan terlebih dahulu sepedaku di rumah saudaraku yang tidak jauh dari situ.

Kembali aku melihat bapak tua itu digotong oleh orang yang mengevakuasinya, lalu membawanya ke rumah sakit terdekat. Sebelum akhirnya aku pun melangkah masuk ke dalam bus angkutan metromini yang berhenti tepat di depanku.

Dalam bus, pikiranku kacau. Telingaku masih terngiang dengan jelas suara tabrakan yang keras itu. Lalu, aku menghembuskan nafasku dalam-dalam. Barusan adalah sebuah kejadian yang membuatku berpikir banyak. Kalo saja sepuluh detik aku telat bergerak maju, mungkinkah aku yang akan digotong oleh mereka?

Kembali aku menarik nafas...

Alhamdulillah , terima kasih ya Allah Engkau telah memanjangkan umurku. Untuk pak tua, semoga amal baikmu diterima oleh-Nya, dan tenang berada di sisi-Nya. Amin.

Hidup mati seseorang memang sudah diatur, satu hal yang perlu dipertanyakan adalah sudah siapkah Anda saat maut itu datang?

*******

Thanks
Penghuni 60
Penghuni 60

Artikel Menarik Lainnya:




FOLLOW and JOIN to Get Update!

Advertisement

Labels:
0
COMMENTS
Build a Mobile Site
View Site in Mobile | Classic
Share by: