e-Newsletter Pendidikan
Back
Opini-Refleksi
JUN
29
Apabila menyontek sudah seperti hal yang biasa..,
By:
Z Kamin
on
JUN
29
Kondisi Indonesia saat ini menurut saya sangat buruk, dimana Indonesia mengalami berbagai masalah, baik dikalangan masyarakat maupun dikalangan pejabat. Dikalangan masyarakat baik remaja maupun orang dewasa banyak terjadi penyimpangan misalnya banyaknya pelajar yang tawuran, mencuri bahkan menyalahgunakan narkoba. Dikalangan para pejabat penyimpangan pun banyak terjadi, banyaknya para pejabat yang korupsi, manfaatkan kekuasaannya untuk kepentingannya sendiri. Masalah-masalah tersebut menghambat kemajuan bagi Indonesia sendiri. Penyebab dari semua masalah diatas salah satunya adalah mulai pudarnya kejujuran yang dimiliki bangsa Indonesia. Akhir-akhir ini kejujuran sudah mulai ditinggalkan, baik kejujuran kepada diri sendiri ataupun kejujuran terhadap orang lain. Untuk mengatasi permasalahan-permasalah yang sekarang ini banyak terjadi di Indonesia salah satunya yaitu dengan menanamkan kejujuran pada bangsa Indonesia. Pentingnya suatu kejujuranadalah karena sikap tidak juj
Read more >>
APR
03
Mampukah Pendidikan Kita Beradaptasi dengan Revolusi Industri 4.0?
By:
Z Kamin
on
APR
03
"Revolusi Industri 4.0" - Studium Generale KU-4078 oleh : Rektor ITB : Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, Rabu, 27 Maret 2019 Oleh: Diyan Nur Rakhmah Klaus Schwab dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution (2016) mengemukakan tentang Revolusi Industri Generasi Keempat (Revolusi Industri 4.0) yang ditandai dengan kelahiran artificial intelegent pada ragam bentukan produk yang dapat bekerja layaknya fungsi otak manusia yang dioptimalisasikan. Otomasi dan pengambilalihan bidang kerja yang dimekanisasi melalui perangkat digital menjadi keniscayaan dan mengarahkan pada praktik-praktik bidang kerja yang berpusat pada eliminasi 'berkedok' efisiensi tenaga kerja manusia sebagai muaranya. Ragam 'kecerdasan buatan' tersebut di antaranya adalah super komputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, dan lain sebagainya. Konsep Revolusi Industri 4.0 ini menemukan pola dan mekanisme kerja baru ketika disruptif teknologi hadir begitu cepat yang s
Read more >>
OCT
29
Guru Berbicara Politik, Dia Berpolitik?
By:
Z Kamin
on
OCT
29
Oleh : Bonefasius Sambo Penulis Kompasiana [ Video Ilustrasi : Kumpatran ] Bagi saya ini pertanyaan kritis. Pertanyaan yang perlu dijawab mungkin harus pakai referensi hukum dan dilanjutkan dengan diskursus biar bisa jelas dan terang. Kalau seorang guru yang aktif berbicara politik kadang ia dituduh melakukan praktik politik atau memiliki afiliasi dengan kelompok tertentu. Apakah benar? Seharusnya kita melihat konten, konteks dan momentum pembicaraan baru kita membuat kesimpulan. Jangan langsung menuduh. Jika politik yang seharusnya menjadi diskursus dalam konteks pendidikan dianggap tabuh bagi seorang guru (PNS) maka saya yakin ada sikap pembiaran dari guru ketika politik menempuh jalur pragmatisme dan ketika politik membangun budaya permisif. Kita harus tahu dan sadar bahwa guru memiliki peran vital untuk memberi edukasi kepada peserta didik (SMP -SMA/ SMK) yang nota bene akan menjadi calon pemilih pemula. Kalau mer
Read more >>
JUN
01
Mengenang 1 Juni
By:
Z Kamin
on
JUN
01
Oleh: Andi Achdian Ibu saya suka bercerita, melukis dan menembang. Itu dilakukannya saat menghabiskan waktu luang ketika langit mulai berwarna jingga keemasan. Suatu sore saya duduk di sampingnya. Lalu ia menuturkan sebuah kisah tentang tradisi lama nenek moyangnya. Tugas kita di dunia adalah mengabdi pada negara, agama dan rakyat jelata. Begitulah kira-kira terjemahan kasarnya. Ia menyampaikan dengan pribahasa yang diiringi nada merdu dari tembang kesukaannya. Saya kira setiap keluarga Indonesia memiliki kisah-kisahnya sendiri tentang kebajikan sosial yang patut dilakukan sebagai anggota masyarakat. Keluarga adalah tempat awal kebajikan sosial itu diajarkan. Kemudian dilanjutkan di sekolah, madrasah, ataupun ketika kumpul-kumpul keluarga. Sebuah buku yang ditulis Hildred Geertz menyampaikan dengan indah kebiasaan kehidupan keluarga Jawa di rumah-rumah mereka. Semua keluarga Indonesia memiliki kebajikan sosial yang mereka ajarkan untuk setiap anak-anaknya dari bu
Read more >>
MAR
21
Mendidik Karakter
By:
Z Kamin
on
MAR
21
Oleh: Mohammad Nuh TRANSMISI nilai-nilai kebaikan adalah kerja peradaban. Sejarah mengingatkan kita bahwa perabadan tak selamanya tumbuh. Kadang bangkit, kadang runtuh. Ia meruntuh saat moral merosot—kala suatu masyarakat gagal mewariskan kebaikan-kebaikan utama—kekuatan karakternya—kepada generasi barunya. (Lance Morrow) Pagi yang cerah, murid-murid kelas IV turun ke sawah untuk melihat proses pengolahan padi. Mulai dari menuai, merontokkan, menjemur, hingga menggiling padi. Mereka bersemangat dan bergembira, berjalan menyusuri pematang sawah, bertegur sapa dengan petani. Ketika sampai di sawah, mereka membantu petani menuai padi dengan menggunakan sabit. Batang padi yang sudah dipotong dikumpulkan di pinggir sawah, lalu diangkut ke lapangan. Siswa melihat bagaimana petani merontokkan padi kering dalam karung berukuran kecil yang memungkinkan diangkut oleh siswa. Satu per satu mereka bergantian memanggul karung padi itu ke tempat penggiling
Read more >>
NOV
27
Guru itu Digugu dan Ditiru
By:
Z Kamin
on
NOV
27
Oleh : Itje Chodidjah Slogan guru digugu dan ditiru ini ini memiliki makna yang dalam bagi kehidupan seorang guru. Landasan falsafah di balik slogan ini adalah bahwa sosok seorang guru dapat dipercaya dan ditiru. Hal ini mengisayaratkan bahwa dalam berbagai kegiatan kehidupan, masyarakat berharap guru sebagai tauladan. Ketika di sekolah guru menjadi panutan bagi siswanya. Dalam konteks sekolah, guru dipercaya karena diharapkan guru akan selalu menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan yang bermanfaat bagi kehidupan siswanya baik secara akademis maupun pribadi. Guru juga diharapkan bertingkahlaku sesuai dengan azas moral dan adat istiadat setempat. Secara komulatif diharapkan hasil pendidikan di sekolah dengan anak didik yang berasal dari berbagai keluarga yang berlatar belakangnya berbeda akan menjadi kelompok masyarakat yang madani. Sekolah yang penyenggaraannya harus dipimpin oleh para guru memiliki peranan penting bagi tumbuh kembangnya masyarakat. Tingkah laku yan
Read more >>
OCT
15
Sekolah 24 Jam, untuk Apa
By:
Z Kamin
on
OCT
15
Oleh: Daoed JOESOEF Kebijakan pendidikan berupa full day schooling sebaiknya dibatalkan. Menerapkan kebijakan berkonsep mentah di bidang pendidikan sama saja dengan membuat semua peserta didik menjadi kelinci percobaan, mengotak-atik masa depan negara-bangsa melalui anak-anak yang lugu tak berdaya. Jangan mempermainkan pendidikan hanya bersendikan kekuasaan formal. Tanggapan harfiah full day schooling, yaitu siswa berada sehari penuh di sekolah, harus ditolak karena membebaskan orangtua dari tugasnya mendidik anak- anaknya sendiri. Rumah adalah home, sekolah kedua dan orangtua adalah guru kedua anak di rumah. Anak butuh family education. Ada nilai-nilai kekeluargaan khas yang pantas kita hormati kalau kita tidak mau negara kita menjadi totaliter. Di samping family education, anak-anak Indonesia, selaku warga dari negara-negara yang merdeka, memerlukan pula formal education. Ia berupa proses pembelajaran nasional yang mengembangkan mereka dari makhluk menjadi w
Read more >>
AUG
11
Full Day School atau Bete School?
By:
Z Kamin
on
AUG
11
Oleh : Haidar Bagir, Ketua Yayasan Sekolah-Sekolah Lazuardi "... Kegagalan akademik siswa bukanlah dikarenakan tidak adanya/kekurangan upaya oleh sekolah, melainkan justru akibat 'ulah' sekolah." John Holt dalam How Children Fail PENDIDIKAN, tidak seperti pendapat orang-orang seperti John Locke (teori tabula rasa), pada dasarnya bukanlah penanaman atau pengisian, melainkan aktualisasi potensi siswa. Sudah sejak berabad lalu, dengan puitis Plutarch menyatakan, "Pikiran bukanlah bejana untuk diisi, tapi api untuk dinyalakan." Di zaman modern, Paulo Freire menolak apa yang disebutnya sebagai banking concept of education, yang di dalamnya siswa dianggap sebagai 'celengan' yang harus diisi guru. Pandangan yang sejalan juga diungkapkan para ahli seperti Steven Pinker, Sir Ken Robinson, dan Noam Chomsky. Dalam metode banking, peserta didik bukan saja dianggap sebagai celengan kosong, ke dalam celengan itu pun dijejalkan ter
Read more >>
AUG
08
Pedidikan yang Apolitis
By:
Z Kamin
on
AUG
08
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-1451212635806474", enable_page_level_ads: true }); Oleh : Reza A.A Wattimena Dosen Filsafat Politik di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya, sedang belajar di München, Jerman Ketika ditanya, apa hal yang perlu diperbaiki, supaya Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih baik, kebanyakan orang akan menjawab: pendidikan. Mereka berpikir, ketika semua orang Indonesia bisa mendapatkan pendidikan bermutu, maka kemampuan sumber daya manusia akan meningkat, dan ini akan bisa memperbaiki situasi Indonesia. Saya setuju dengan pendapat ini. Pertanyaan berikutnya adalah, pendidikan macam apa yang kita perlukan? Pendidikan Apolitis Jawaban yang kerap muncul adalah, pendidikan sains dan pendidikan moral. Pendidikan sains lalu disamakan dengan pendidikan fisika, matematika, kimia, dan biologi. Sementara, pendidikan moral disamakan dengan pen
Read more >>
AUG
01
Jalan Guru
By:
Z Kamin
on
AUG
01
Oleh : Iwan Pranoto (GURU BESAR ITB SERTA ATASE PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DI KBRI NEW DELHI, INDIA) Bagi negara dengan mutu pengajaran di sekolah masih rendah, tak menguntungkan menceraikan perguruan tinggi dari pendidikan dasar dan menengah. Di zaman ini, perjalanan karier seorang guru -- dari sebelum mengajar sampai saat mengajar—senantiasa berhubungan dengan perguruan tinggi. Tersebutlah seorang profesor kimia yang tak senang saat mengetahui bagaimana cara anak kandungnya diajar kimia di sekolah. Maka, kemudian sang profesor minta bertemu dengan guru kimia anaknya tersebut untuk menegur dan hendak ”mengajari” bagaimana seharusnya mengajarkan kimia. Saat bertemu, sang profesor kaget karena ternyata guru kimia itu bekas mahasiswanya sendiri. Kejadian ini dikutip di laporan ”Educating Teachers of Science, Mathematics, and Technology” keluaran National Research Council, 2001. Kisah ini, pertama, mengingatkan para dosen dan perguruan ti
Read more >>
JUL
21
Didiklah Anak-Anak Kami
By:
Z Kamin
on
JUL
21
Read more >>
JUL
13
Renungan Pendidikan
By:
Z Kamin
on
JUL
13
Oleh : Harry Santosa Tahun 1977, ternyata pernah ada konferensi pertama pendidikan Islam di Mekkah. Yang menarik, kesimpulan dari konferensi ini adalah bahwa masalah terbesar negeri negeri muslim bukan politik, ekonomi dsbnya tetapi adalah "the lost of adab", atau hilangnya adab. Dalam konferensi itu juga disimpulkan bahwa penyebab terbesar hilangnya adab adalah para orangtua yang berhenti mendidik anak anaknya karena miskonsepsi tentang belajar dan bersekolah, miskonsepsi tentang pendidikan dan persekolahan termasuk miskonsepsi tentang ilmu dan adab. Bagi kebanyakan orangtua, jika anak sudah bersekolah apalagi di sekolah full content agama, maka merasa tenang dan nyaman karena menganggap anaknya sudah menjalani pendidikan Islami dan dianggap sudah beradab dan berakhlak. Padahal menjalani persekolahan berbeda dengan menjalani pendidikan. Para orangtua ini lupa bahwa bahwa tugas mendidik dan mengadabkan anaknya adalah di tangan orangtua. Dan mereka lupa bahwa mend
Read more >>
JUN
13
Belajar Dua Semester Langsung Kerja
By:
Z Kamin
on
JUN
13
Sekolah yang satu ini memang cukup unik. Jika, umumnya sekolah diisi generasi penerus bangsa yang berprestasi, maka sekolah ini siswanya beruk semua. Lelaki paruh baya bernama Jasman itu terdengar menghardik beruk betina yang lehernya diikat rantai. Ia sedang mengajar beruk memetik kelapa. Direntangnya sebatang bambu di antara cabang dua pohon yang bersisian, setinggi 1 meter dari permukaan tanah. Di batang bambu itu, dua buah kelapa digantung. Beruk disuruh naik ke bambu yang terentang itu. Dengan sedikit tarikan pada rantainya, Jasman mengarahkan beruk ke kelapa yang tergantung. Diperintahnyalah si beruk memilin kelapa itu agar jatuh. Seakan mengerti perintah sang guru, beruk pun mendekati kelapa dan memutarnya hingga kelapa itu jatuh. Begitulah, salah satu pelajaran atau latihan di sekolah beruk milik Jasman, yang terletak di Pasar Ternak, VII Koto Sungai Sarik, Kabupaten Padangpariaman. Ada empat ekor beruk yang akan dilatih ketika itu. Dibutuhkan waktu 1-2 semester
Read more >>
JUN
07
Psikolog: Jangan Berikan Uang pada Anak setelah Ujian
By:
Z Kamin
on
JUN
07
Read more >>
SEP
15
Kemajuan dan Keselamatan
By:
Z Kamin
on
SEP
15
Oleh: Daoed Joesoef Alumnus Universite' Pluridisciplinaires Pantheon-Sorbonne Ada dugaan bahwa niat pemerintah mengadakan investasi kereta api cepat ala Jepang atau Tiongkok sebagai usaha memasuki era kecepatan. Hal ini benar sejauh kebijakan itu dilakukan dalam konteks ”dromokrasi”, suatu kekuatan yang tidak kelihatan, tetapi cukup berkuasa mendorong manusia bertindak serba cepat. Sama halnya dengan istilah ”demokrasi”, ”dromokrasi” dibentuk dari dua kata Yunani, yaitu dromos berarti ’kecepatan’ (speed) dan kratos berarti ’pemerintahan’ (rule). Analog dengan istilah ”demokrasi”, maka kata ”dromokrasi” bermakna ’the government of the speed, by the speed, for the speed’. Kekuasaan dromokrasi sudah berlaku sejak dua ribu tahun sebelum Kristus. Para Firaun (Pharao) Mesir sudah menggunakan ”pengait” dan ”cambuk” sebagai lambang kekuasaan dan pemer
Read more >>
AUG
22
Siswa Kita Perlu Memiliki Cita-Cita Yang Lebih Spesifik
By:
Z Kamin
on
AUG
22
Oleh : Marjohan, M.Pd Guru SMAN 3 Batusangkar Menjadi guru merupakan profesi yang menarik, karena seorang guru akan membantu perkembangan seorang siswa dari kurang cerdas menjadi cerdas, dari kondisi biasa-biasa saja menjadi pribadi yang luar biasa, atau dari seorang kualitasnya masih zero (kosong) hingga menjadi hero, seorang pahlawan, paling kurang seorang pahlawan dalam keluarganya. Untuk menggenjot mutu pendidikan, tiap lembaga pendidikan atau setiap negara memiliki strateginya masing-masing. Karena penduduk negara ini sangat banyak, sangat plural (majemuk) dan kualitas SDM juga berbeda maka pemerintah mendirikan beberapa sekolah pelayanan keunggulan. Sekolah yang biasa tetap menjadi perhatian, namun sekolah berlabel unggul dengan program khusus, didirikan untuk melayani siswa yang membutuhkan akselerasi (percepatan) dala
Read more >>
AUG
20
Menyingkirkan Diskriminasi
By:
Z Kamin
on
AUG
20
google_ad_client = "ca-pub-1451212635806474"; google_ad_slot = "4476706564"; google_ad_width = 200; google_ad_height = 200; google_ad_client = "ca-pub-1451212635806474"; google_ad_slot = "9086347484"; google_ad_width = 200; google_ad_height = 200; Oleh : DIDIE SW Kurikulumnya amat ketat dengan introduksi berbagai bahasa asing, tak kalah hebat dari pendidikan Eropa, dengan tingkat kegagalan yang tinggi bahkan untuk orang Belanda sendiri. Toh dengan mutu setinggi itu, putra In- donesia seperti Agoes Salim mampu tampil sebagai lulusan terbaik dari seluruh HBS yang ada; memberi bukti bahwa jika mendapat wahana pembelajaran yang baik, manusia Indonesia bisa berprestasi. Kenanglah juga kualitas dan kuantitas penelitiannya. Eijkman, peraih Nobel Kedokteran (1929), melakukan penelitiannya di Indonesia, malah pernah menjadi direktur Stovia dan memimpin Laboratorium
Read more >>
AUG
20
Dimana Letak Intelektualitas Mahasiswa Bila Cendrung Game Kayak Anak SD ??
By:
Z Kamin
on
AUG
20
Oleh : Marjohan, M.Pd Guru SMAN 3 Batusangkar Bahwa bermain itulah adalah kegemaran seseorang dari usia balita hingga dewasa, malah ada hingga usia tua. Dalam sebuah teori tentang kebutuhan bermain, yang diungkapkan oleh Jean Piaget. Bermain adalah bagian dari kehidupan anak. Anak menghabiskan sangat banyak waktu buat bermain, lewat bermain anak akan memperoleh pengalaman dan pelajaran, hingga muncullah teori “learning by doing dan learning by playing”. Seiring dengan pertambahan usia maka, anak perlu diperkenalkan rasa tanggung jawab. Anak perlu dilibatkan dalam beraktivitas- melakukan kegiatan di rumah seperti: mencuci piring, menyapu rumah, melipat kain, menstrika pakaian, hingga membantu membersihkan motor ayah. Tentu saja orang tua musti mengerti dengan parenting- yaitu ilmu tentang menjadi orang tua yang baik- yang bisa menerapkannya buat mendidik keluarganya. Maka insyaallah keluarga mere
Read more >>
JUL
05
Kebijakan Pendidikan Negara Maju Sebagai Cermin Untuk Mendongkrak Kualitas Pendidikan Indonesia
By:
Z Kamin
on
JUL
05
google_ad_client = "ca-pub-1451212635806474"; google_ad_slot = "4476706564"; google_ad_width = 200; google_ad_height = 200; google_ad_client = "ca-pub-1451212635806474"; google_ad_slot = "9086347484"; google_ad_width = 200; google_ad_height = 200; Oleh: Marjohan, M.Pd Guru SMA 3 Batusangkar- Peraih Predikat I Guru Berprestasi Nasional. Email: marjohanusman@yahoo.com). Blog : http://penulisbatusangkar.blogspot.com Setiap tahun lembaga independen dunia tentang pendidikan selalu memonitor tentang kualitas SDM bangsa-bangsa di dunia. Selalu ada versi negara terbaiknya, seperti tahun lalu ada versi “The best top ten nations in education quality”. Sepuluh negara terbaik dalam kualitas pendidikannya yaitu: Amerika Serikat, Polandia, Jerman, Perancis, Israel, Swedia, En
Read more >>
JUL
03
Ternyata Generasi Emas Itu Suka Meremehkan Tanah Air, Memuja Olah Raga Eropa dan Musik Korea Sangat Berlebihan
By:
Z Kamin
on
JUL
03
Oleh : Marjohan, M.Pd Guru SMA 3 Batusangkar- Peraih Predikat I Guru Berprestasi Nasional. Email : marjohanusman@yahoo.com Saya merasa sangat beruntung bisa berjumpa langsung dengan Prof. Dr. Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam kepemimpinan Presiden SBY. Kami para guru-guru berprestasi Indonesia memperoleh wejangan tentang rencana Pemerintah, melalui Kementrian P dan K untuk melahirkan generasi emas sebagai kado bagi hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 2045 kelak. Menteri mengatakan bahwa saat itu bangsa kita akan menjadi bangsa yang sangat maju karena keberadaan Generasi Emas tersebut. Dikatakan bahwa antara tahun 2012 hingga 2045, kita menanam generasi emas tersebut. Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah usia penduduk produktif paling tinggi antara masa anak
Read more >>
JUN
30
Fenomena Dunia Pendidikan: Sekolah Menghasilkan Manusia Yang Tidak Mandiri
By:
Z Kamin
on
JUN
30
Oleh: Marjohan, M.Pd Guru SMA 3 Batusangkar- Peraih Predikat I Guru Berprestasi Nasional. Email: marjohanusman@yahoo.com) Tiba- tiba fikiran saya tergelitik untuk mengupas tentang proses pendidikan yang dilakoni oleh masyarakat kita yang belum menghasilkan manusia yang kurang mandiri. Ini terjadi saat saya membaca sepenggal berita yang muncul pada milis yahoo, memaparkan kritikan pedas Amin Rais, pendiri Partai PAN, terhadap Presiden Jokowi. Ia mengungkapkan bahwa Jokowi ibarat seekor burung onta. Pernyataan ini karena melihat Jokowi selalu mengulur- ulur waktu dalam melakukan reshuffle cabinet (perombakan kabinet). “Burung onta bila lagi panik, karena bertengkar sesama burung onta, ia suka menimbun kepalanya ke dalam pasir. Ibarat seseorang yang suka mengulur- ulur penyelesaian masalah”. &n
Read more >>
JUN
28
Pendidikan Kita Menciptakan Siswa “Cerdas Lokal” atau “Cerdas Internasional” ?
By:
Z Kamin
on
JUN
28
google_ad_client = "ca-pub-1451212635806474"; google_ad_slot = "4476706564"; google_ad_width = 200; google_ad_height = 200; google_ad_client = "ca-pub-1451212635806474"; google_ad_slot = "9086347484"; google_ad_width = 200; google_ad_height = 200; Oleh: Marjohan, M.Pd Guru SMA 3 Batusangkar- Peraih Predikat Guru Berprestasi Nasional Kata-kata “smart” sangat diburu oleh banyak orang. Orang tua ingin anak mereka menjadi smart kid dan bersekolah di smart school. Banyak masyarakat yang memburu tempat kursus yang punya label “smart”. Kemudian juga muncul istilah smart book dan smart street. Banyak orang tahu bahwa kata smart berarti cerdas. Smart book berarti cerdas buku, maksudnya kalau di s
Read more >>
JUN
09
Bisakah Anda Menjawab Soal Ujian Pelajar China?
By:
Z Kamin
on
JUN
09
google_ad_client = "ca-pub-1451212635806474"; google_ad_slot = "4476706564"; google_ad_width = 200; google_ad_height = 200; google_ad_client = "ca-pub-1451212635806474"; google_ad_slot = "9086347484"; google_ad_width = 200; google_ad_height = 200; Bukan hanya menguji pengetahuan, tapi kreativitas dan kebijaksanaan Oleh : Adrianus Mandey Jutaan pelajar sekolah menengah atas (SMA) China engikuti ujian akhir nasional atau gaokao, Senin, 8 Juni 2015, dengan isi pertanyaan pastinya sangat berbeda, dengan soal ujian di Indonesia.Dilansir dari laman Shanghaiist, Selasa, 9 Juni 2015, pertanyaan dalam gaokao meliputi pertanyaan-pertanyaan filosofis, yang bukan hanya menguji pengetahuan, tapi juga kreativitas dan kebijaksanaan.Berikut adalah beberapa pertanyaan. Bukan hanya agar Anda dapat ikut menjawab, tapi sekaligus mendapatkan gambaran, seperti apa
Read more >>
MAY
28
Sekolah Hidup Susah
By:
Z Kamin
on
MAY
28
Untuk menjadi kaya, semua orang bisa instan melakoni. Namun, tidak siapa saja siap menjadi orang susah. Orang miskin baru kian banyak. Penganggur baru menambah bengkak angka kemiskinan. Bisa jadi, itu sebabnya, selain angka bunuh diri tinggi, tiga dari sepuluh orang Indonesia tercatat terganggu jiwanya. Tidak siap hidup susah berisiko sakit jiwa. Ada cara sederhana menekan risiko sakit jiwa. Sejak kecil anak dibuat tahan banting. Ketahanan jiwa anak harus dibangun. Untuk itu, jiwa butuh "imunisasi". Menerima kenyataan Sejak kecil anak diajar lebih membumi. Yang gagal kaya rela menerima kenyataan. Yang belum pernah hidup susah diajar prihatin sedari kecil. Kendati kecukupan, tidak semua yang anak minta perlu diberi. Anak dilatih merasakan kegagalan. Tugas orangtua dan guru mengajak anak berempati pada kesusahan orang lain. Hidup tak luput dari berbagai stresor. Tak semua stresor jelek.
Read more >>
More Posts
Mobilize
your Site
View Site in Mobile
|
Classic
Share by: