MAY
08

Kisah Nyata: Menghadapi Teror Santet dan Sosok Wanita Berbaju Putih di Asrama


Selasa, 09 Januari 2024
Labels: , ,
Advertisement
Penghuni 60 | Kisah Nyata: Menghadapi Teror Santet dan Sosok Wanita Berbaju Putih di Asrama

Sebelumnya, saya ucapkan banyak terima kasih untuk Sobat Penghuni 60 yang satu ini: Keza Felice . Pasti semua udah pada kenal kan siapa dia? Seorang penulis handal yang punya banyak pengalaman hebat dalam hal menulis, baik itu cerpen, novel, ataupun tulisan-tulisannya yang tersebar di banyak media dan website. Luar biasa!

Namun, di blog Penghuni 60 ini, ia berkenan untuk membagikan kisah nyata seram yang ia alami sendiri bersama kedua temannya. Dan kisah ini belum pernah dipublikasikan di manapun.

Penasaran bagaimana ceritanya? Yuk, kita simak berikut ini.

Baca Juga:

Kisah Nyata: Menghadapi Teror Santet dan Sosok Wanita Berbaju Putih di Asrama
Kisah nyata seram kali ini dikisahkan oleh Sobat Penghuni 60 bernama Keza Felice saat mengalami situasi menyeramkan bersama kedua temannya di asrama malam hari. Siapakah sosok wanita berbaju putih yang Keza lihat? (Ilustrasi minjem dari: Thinkstockphotos)


***

Malam itu sekiranya pukul 20.00 WIB, seluruh siswi yang tinggal di asrama A harus mengikuti acara sholawat akbar di asrama komplek lain. Sayangnya, malam itu, Nanda sedang sakit, sehingga ia tidak bisa ikutan.

Sebagai teman dekatnya, aku dan Alya merasa kasihan, masa sih harus meninggalkan Nanda sendirian di asrama. Untuk itu, akhirnya kami berdua pun menemani Nanda di asrama.

Mulanya semua berjalan normal. Tak ada hal apapun yang kami alami. Setelah asrama sepi dan tinggal kita bertiga, Nanda juga masih tampak normal. Meski sesekali ia merasakan nyeri di perut dan punggungnya.

Akan tetapi, setelah 30 menit berlalu, tiba-tiba saja Nanda berteriak kesakitan. Aku dan Alya menjadi orang yang bingung waktu itu ingin berbuat apa dan mencoba untuk menenangkannya.

Tidak lama berselang, teriakan Nanda justru semakin kuat dan dia mulai bergumam aneh. Tidak jelas apa yang diucapkannya.

Aku mencoba mengelus punggung Nanda yang sedang berbaring miring. Sampai akhirnya aku menyadari kalau ada benjolan di punggung Nanda. “Benjolan apa ini?” gumamku, dalam hati.





Segera saja aku memberitahu Alya dan sepakat untuk mengeceknya. Itu hanya benjolan biasa. Tapi anehnya benjolan itu tiba-tiba bergerak tak menentu arah di punggung Nanda. Seolah-olah ada sesuatu yang bergerak di sana. Anehnya lagi, saat dipegang oleh Alya, benjolan itu terasa seperti tumpukan paku, satu sisi tajam dan sisi lainnya tumpul. Karena itulah Nanda terus menjerit kesakitan dan sesekali tetap bergumam dengan mata yang mendelik.

Mendapati kondisi yang tidak lazim seperti ini, aku dan Alya berusaha menguasai situasi dengan terus berdoa. Karena tidak ada satu orang pun di asrama yang bisa kami mintai tolong. Asrama benar-benar sepi seperti di kuburan. Bulu kuduk kami pun mulai berdiri.

Tiba-tiba aku ingat bahwa di lantai atas biasanya ada admin asrama, dia laki-laki bernama Khalil. Aku segera saja memanggilnya berulang kali, tapi aneh tidak terdengar jawaban. Padahal dengan jelas sekali kami melihat lampu di kamar lantai atas itu menyala-mati berulang kali. Sempat juga kami pikir kalo Khalil sedang bercanda dan menakut-nakuti kami.

“Eh, bukankah Khalil juga ikut ke asrama sebelah ya?” tanyaku ke Alya. “Lalu, siapa yang bermain lampu kamar di lantai atas?”

Seiring teror lampu itu, Nanda masih saja kesakitan. Matanya terus mendelik dan dia kejang. Apalagi benjolan seperti tumpukan paku itu tiba-tiba berpindah ke perut. Kami berdua tak henti-hentinya terus berdoa dan melafalkan ayat-ayat suci Al-Quran.

Namun, fokus kami untuk membantu Nanda justru terpecah ketika mendadak ada suara langkah kaki yang menuruni anak tangga. Aku terkejut melihat sosok yang muncul di anak tangga terakhir. Sosok itu adalah seorang wanita.

Wanita itu berwajah pucat, pakaiannya seputih tulang dan tampak bolong di beberapa sisi. Wanita itu menatapku sambil melambai, tangannya tak kalah pucatnya sementara kukunya panjang dan hitam. Mata wanita itu terpejam sebelah, dan mulutnya terus meneteskan cairan kental. Dia hanya diam dan terus melambai.

Saat tubuhku terpaku menatap sosok itu. Mendadak tersadar karena Alya menepuk punggungku.

“Apakah kamu juga melihatnya, Al?” bisikku.
“Lihat apa? Aku tidak melihat apa pun,” jawab Alya.
“Ituuu… sosok wanita itu…”
Mata Alya terlihat agak melotot mengikuti arah pandangku. Tapi kemudian ia cuma menggeleng. “Gak ada apa-apa.”

Mendengar hal itu, aku semakin menguatkan dan melantunkan bacaan doa-doaku, mencoba untuk mengalihkan pikiran dan pandanganku dari sosok mengerikan itu. Anehnya, Nanda justru semakin kalap dan kesakitan.

Aku lafalkan ayat Al-Quran sembari memegang dahi Nanda. Nanda berteriak kepanasan dan terus berontak. Untung, Alya membantu memegangi tangan Nanda.

Sampai akhirnya, Nanda berteriak sangat kencang dan memuntahkan isi perutnya. Tidak ada paku, Nanda hanya memuntahkan lendir dan darah. Tapi setelah ia muntah, benjolan itu pun menghilang, begitu juga dengan sosok wanita di tangga itu.

***


Nah, itulah kisah nyata menyeramkan yang dialami langsung oleh Keza bersama kedua temannya. Siapakah wanita berbaju putih di tangga itu? Dan apa sebenarnya yang terjadi dengan Nanda? Untungnya, Keza memiliki hal yang istimewa, dia tidak panik menghadapi situasi itu, dan selalu ingat berdoa. Karena kepada siapa lagi kita meminta tolong selain kepada-Nya.

Terima kasih Keza untuk kisah seramnya. Semoga banyak hikmah yang bisa kita ambil dari kisah ini.

*******

Thanks
Penghuni 60
Penghuni 60

Artikel Menarik Lainnya:




FOLLOW and JOIN to Get Update!

Advertisement

Labels:
0
COMMENTS
Create a Mobile Website
View Site in Mobile | Classic
Share by: